Indonesia Security Incident Response Team of Internet Infrastructure (Id-SIRTII) menyatakan bahwa 1,1 juta serangan mengganggu infrastruktur Internet Indonesia dalam sehari,dan serangan itu terbanyak berasal dari Cina. "Tapi, serangan jaringan Internet dari Indonesia ke negara lain justru mencapai tiga juta, dengan jumlah sasaran serangan terbanyak adalah Malaysia," kata Ketua Id-SIRTII Prof Richardus Eko Indrajit dalam seminar keamanan informasi di Surabaya, Kamis (25/3).
Di hadapan peserta seminar bertajuk "Pengamanan Infrastruktur Internet Indonesia" di kampus PENS ITS Surabaya, ia mengatakan, banyaknya hacking (serangan) terhadap jaringan Internet di Indonesia itu sejalan dengan beredarnya 48 judul buku tentang hacking. "Meningkatnya hacking seperti yang dialami jaringan KPU yang membuat nama partai politik menjadi nama buah di antaranya Partai Jambu, maka pemerintah mendirikan Id-SRITII untuk mengantisipasinya," kata Eko.
Bahkan, hacking yang muncul sekarang ini sudah bukan lagi untuk bermain, menggoda, berkelakar, hiburan, dan sejenisnya, namun motif penyerang sekarang sudah masuk kepentingan ekonomi. "Padahal, keamanan Internet itu sifatnya berantai, sehingga bila ada satu saja yang dapat dibobol, maka kemungkinan pembobolan akan lebih banyak lagi," katanya.
Senada dengan itu, Koordinator Komunitas Keamanan Informasi (KKI) Gildas Deograt Lomy menyatakan, hacking itu ada lima jenis yakni e-banking, malware, pemerkosaan virtual, mobile device, dan tergetted attack. "E-banking memang mendorong munculnya cyber crime, karena itu masyarakat hendaknya segera mengganti pin bila berada di tempat pengambilan uang yang meragukan, kartu debit yang hanya memakai tanda tangan, hindari kartu multifungsi untuk debet dan kredit, serta saldo jangan terlalu besar," katanya.
Dalam mobile device hacking sasarannya adalah sistem ponsel, laptop, dan USB untuk mencuri data-data penting, sedangkan targetted attack merupakan spionase untuk mencuri dokumen rahasia suatu negara. "Pemerkosaan virtual juga mulai marak dengan korban anak-anak dan perempuan, karena korban membutuhkan uang. Tapi sesungguhnya dia akan mengalami kerusakan mental, sedangkan malware berbentuk hack virus, worms, spyware, dan sebagainya," katanya.
Terkait serangan dari negara lain, ia mengatakan hal itu merupakan targetted attack yang bersifat spionase untuk mendapatkan data atau dokumen tentang sumber daya alam pada negara lain. "Ada juga yang sekedar emosional seperti kita dengan Malaysia, tapi kalau hacking dari negara lain kayaknya serius untuk tujuan ekonomi," katanya.
Sementara itu, Direktur Telekomunikasi Depkominfo Dr Titon Dutono saat membuka seminar itu menegaskan bahwa kriminalitas di dunia komputer akhir-akhir banyak terjadi. "Banyak situs/laman di-hack, kartu kredit disalahgunakan orang lain dengan kerugian Rp 5 miliar, SMS banking yang merugikan nasabah hingga Rp 100 juta lebih," kata dia.
Titon menambahkan, adanya hukum yang mengatur keamanan komputer seperti UU ITE merupakan upaya untuk melindungi kepentingan publik. Selain itu, pemerintah mendirikan Id-SIRTII untuk membantu Dewan Keamanan TIK Nasional (DeTIKnas) dalam memberikan pemahaman dan penyadaran serta bantuan teknis kepada masyarakat untuk pengamanan internet.